AMBISI HARTA BERBUAH SURGA

 

                                    Pixabay


TIDAK dapat dipungkiri bahwa untuk menjalani kehidupan di dunia ini manusia tidak bisa lepas dari harta.  Semua kebutuhan akan terpenuhi ketika memiliki  harta. Mulai dari makan, minum, berpakaian, pendidikan, dan lain sebagainya. Terlalu panjang kalau dirinci satu persatu.


Bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, harta pun sangat diperlukan ketika kita ingin menjalankan ketaatan dalam beragama.  Banyak jenis ibadah yang dalam pelaksanaannya tidak bisa lepas dari harta.  Sebagai contoh zakat, sedekah, wakaf, ibadah kurban, dan ibadah haji.


Kegiatan dakwah, menyebarkan ajaran agama pun  kelancarannya perlu disokong oleh harta. Mulai dari pengadaan sarana dan prasarana, biaya akomodasi, ataupun biaya untuk peningkatan kualitas SDM. Tidak akan  berdiri masjid, madrasah, Islamic Centre jika dana tidak ada.


Mengingat pentingnya harta ini, maka Islam tidak pernah melarang umatnya untuk mengejar harta bahkan menjadi kaya. Dalam sejarah Islam kita mengenal banyak sahabat yang kaya raya, misalnya Abu Bakar, Usman bin Affan, dan Abdurrahmqn bin Auf.


Di samping itu, Islam juga merupakan agama yang selaras dengan fitrah manusia, yang mana secara fitrah manusia diciptakan dengan memiliki kesenangan terhadap harta kekayaan.


"Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, , kuda pilihan , hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik". (Qs. Ali Imran : 14).


Namun, Islam memberikan rambu-rambu kepada umatnya agar dalam mengejar harta tidak menghalalkan segala cara.  Mengumpulkan kekayaan tidak dengan menyakiti dan menzhalimi sesama.  Mengais rezeki dengan bekerja keras, bukan dengan  memeras keringat orang lain.


Kemudian Islam juga mengingatkan, jangan sampai harta itu melalaikan  pemiliknya dari tujuan utama penciptaan manusia, yaitu untuk beribadah.


Allah berfirman, " Wahai orang-orang orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa berbuat demikian, mereka itulah orang-orang yang rugi". (QS. Al Munafiqun : 9).


Agar tidak terjadi demikian, ada beberapa hal  yang perlu diperhatikan:


Pertama, awali langkah-langkah kita dalam berikhtiar mencari harta dengan niat untuk mencari ridha Allah subhanahu wata'ala, sehingga proses yang kita lakukan memiliki nilai ibadah.


Kedua, sadari bahwa harta  itu merupakan salah satu bentuk ujian dari Allah subhanahu wata'ala, untuk melihat apakah dengan harta itu menjadikan kita menjauh dari-Nya atau justru membuat semakin dekat.


Ketiga, yakini bahwa harta yang ada dalam genggaman kita merupakan titipan Allah. Oleh karena itu, harus dikelola dan dibelanjakan sesuai dengan kehendak penitipnya. Allah menghendaki agar sebagian dari harta itu diinfakkan untuk menegakkan agama-Nya dan meringankan beban orang-orang dhuafa. Bukan ditumpuk hanya demi memuaskan nafsu pribadi.


Hendaknya harta yang kita mliki dijadikan wasilah untuh beribadah. Alhasil, harta itu bukan sekedar mengantarkan kita menyandang gelar kaya saat hidup, namun menjadikan kita kaya dengan pahala setelah meninggal dunia.


Ada 3 amalan yang pahalanya akan terus mengalir kepada orang yang telah meninggal dunia, salah satunya sedekah jariyah.


"Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau anak saleh yang  mendoakannya". (HR. Muslim).


Mudah-mudahan ambisi kita dalam memburu harta berbuah surga.












Komentar

  1. Suka sama quote di akhir artikelnya. Makasih kak sudah direminder lewat tulisannya. Btw aku juga suka sm tampilan blognya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama Kak. Alhamdulillah kalau tulisan ini bisa mengingatkan

      Hapus
  2. Setuju, Kak. Bekerja keras demi meningkatkan taraf kehidupan juga bagian dari perintah agama. Maka tak ada yang salah untuk menjadi orang yang berambisi dalam bekerja selama diniatkan untuk-Nya.

    BalasHapus
  3. Semoga harta yang saya belanjakan ada yang bernilai di mata Allah.

    BalasHapus
  4. Harta yang kita miliki tidak sepenuhnya milik kita, tetapi milik orang lain yang membutuhkan seperti anak yatim-piatu, kaum duafa, dan lainnya. Karena dengan beramal kita dapat membersihkan sebagai harta kita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Kak, apa yang kita miliki merupakan titipan untuk diberikan sebagiannya kepada orang-orang yang berhak. Dengan berbagi mudah"an harta kita menjadi berkah

      Hapus
  5. Balasan
    1. Betul Bunda, namun mudah"an sekalipun hisabannya lama ketika dibelanjakan sesuai perintah Allah, akan mengantarkan kita ke surganya.

      Hapus
  6. Terima kasih sudah mengingatkan Kak. Quote terakhir sangat menggugah hati.

    BalasHapus
  7. "Mudah-mudahan ambisi kita dalam memburu harta berbuah surga." Aamiin 🤲🏻.

    Semoga harta yang nantinya kita dapat, tidak membuat kita lupa kepadaNya, jangan sampai.

    BalasHapus
  8. Itu masalahnya berburu harta kadang seakan terus hidup di dunia, kadang lupa itu sesaat

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

BERSABAR TANPA BATAS

TETAP BERKARYA DI MASA TUA