HANYA ADA SATU (4)

 Mira menangis tersedu-sedu setelah mengetahui hasil tes kesuburannya. Ternyata ia mengalami infertilitas. Ia mengalami gangguan ovulasi. Kondisi ini menyebabkan wanita tidak dapat melepaskan sel telur atau membutuhkan waktu lebih lama untuk melepaskan sel telur. Ini kondisi paling umum yang menyebabkan wanita tidak bisa hamil.


"Ya Allah, kenapa ini menimpaku", jerit Mira dalam hati.

Mira benar-benar tidak bisa menerima kenyataan ini. Ia merasa tidak sempurna sebagai wanita. Hari-hari dilewatinya dengan kesedihan. Badannya tampak semakin kurus. Semenjak mendapat berita itu, nafsu makannya semakin berkurang. Kupat tahu, makanan kesukaannya  sengaja dibelikan oleh suaminya. Tapi jangankan memakannya, menyentuhnya pun tidak mau.

Melihat kondisi isterinya seperti itu. Hermawan berusaha menghiburnya dan meyakinkan, bahwa Allah Maha Mengetahui yang terbaik bagi mereka.  Ia pun kembali mengulang kisah isteri Nabi Zakaria yang divonis mandul. Dengan kehendak dan kekuasaan-Nya dalam kondisi seperti itu dengan usia yang sudah tua, dapat hamil dan melahirkan Nabi Yahya.

Ia mengingatkan, tidak ada yang tidak mungkin, segala sesuatu mudah bagi Allah. "Itu mudah bagi-Ku". Demikian firman Allah kepada Nabi Zakaria ketika ia merasa keheranan mendengar kabar yang dibawa oleh malaikat Jibril tentang kehamilan isterinya.

"Udah Neng, jangan terus bersedih. Kesedihan tidak akan mengubah keadaan. Kita terima ketetapan takdir Allah dengan ikhlas dan sabar. Allah pasti memiliki rencana yang lebih baik bagi kita", kata Hermawan pada suatu malam.

.......

"Gimana anak-anak faham ?"

"Faham Bu..."

"Baik, kalau udah faham, silahkan beres-beres, lalu berdoa. Kita pulang".

Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, Mira segera berkemas untuk pulang. Kini, untuk mengisi hari-harinya ia mengajar ngaji anak-anak kampung di masjid dekat tempat tinggalnya.

Sedikit demi sedikit  Mira mulai bisa menerima kenyataan. Ia tidak lagi mengeluh dan menangis. Kerinduannya memiliki keturunan kini terobati dengan kehadiran anak-anak yang mengaji tiap sore hari.

Selain mengajar ngaji, Mira pun mengisi hari-harinya dengan menjahit kerudung yang kemudian dijualnya kepada ibu-ibu di sekitar rumahnya.

.......

Setelah selesai makan malam, Hermawan memasuki ruang tengah. Lalu menyalakan televisi. Seperti biasa ia mencari acara yang cukup menghibur, family 100  yang dibawakan host terkenal, Irfan Hakim. Kemudian ia duduk bersandar di atas kursi.

Mira yang baru usai membereskan peralatan makan datang menghampiri, lalu duduk di sampingnya.

"Aaa...apakah Aa tidak pernah merindukan tangisan dan gelak tawa anak-anak menghiasi hari-hari Aa ?", tiba-tiba Mira mengajukan pertanyaan yang cukup mengagetkan.

Setelah bisa menerima ketetapan takdir Allah, Mira tidak pernah lagi membahas masalah itu. Ia nampak enjoy dengan kegiatan barunya.

Namun, "Kenapa ia kembali membahas masalah itu ?", pikir Hermawan bertanya-tanya.

"Aaa...?"

"Kenapa Neng...?"

"Apakah Aa tidak pernah berpikir....", Mira tidak melanjutkan pertanyaannya, membuat Hermawan penasaran.

"Berpikir apa Neng ? Tiap hari Aa berpikir", jawab Hermawan asal.

"Ehm...ini  A, sebenarnya udah lama Aku mau membicarakan masalah ini. Aku sudah ikhlas menerima kondisiku. Tapi...selalu ada perasaan bersalah menghantui...".

"Bersalah kenapa Neng ?", susul Hermawan penasaran.

"Aku merasa bersalah karena tidak bisa membahagiakan Aa. Aku tidak bisa memberimu keturunan".

"Nengng...jangan berkata begitu. Ini bukan kesalahanmu. Mandul bukan keinginanmu. Ini takdir Allah Neng", suara Hermawan sedikit meninggi. Didekapnya tubuh mungil Mira erat-erat.

Tangis Mira tak terbendung. Air mata mengalir  membasahi pipi sawo matangnya.

"Maafkan Aku ya A", katanya dengan suara pelan sambil menatap Hermawan dengan matanya yang sembab.

"Udah Neng, kamu ga perlu minta maaf. Aa ikhlas dengan kondisimu. Aa sudah merasa bahagia melihatmu bahagia. Udah jangan lagi membahas masalah itu", kata Hermawan meyakinkan Mira  sambil mengecup keningnya.

"Aaa..."

"Apalagi Neng...?"

"Kalau misalnya Aa punya niat untuk mencari isteri lagi, Aku ikhlas A. Biar Aa punya keturunan, agar setelah meninggal ada yang mendoakan. Aa  mendapat kebaikan yang terus mengalir."

"Nengng...!!"

Hermawan mendorong tubuh Mira yang tengah didekapnya. Ia sangat kaget mendengar kata-kata Mira  Serasa disambar petir di siang bolong. Setelah menghela nafas panjang, didekaonya kembali tubuh Mira, dielusnya kepalanya.

"Neng,  dengarkan baik-baik ya,  tidak pernah terpikir di benak Aa untuk mencari perempuan lain. Ga papa Aa tak punya keturunan. Kebaikan yang terus mengalir bukan hanya didapat dari doa anak. Ketika kita mengajarkan ilmu dengan penuh keikhlasan, lalu ilmu itu dimanfaatkan, maka pahalanya akan terus mengalir."

Hermawan kembali menghela nafas panjang. Lalu ia melanjutkan, "Neng, kamu tahu...hanya ada satu nama di hati Aa...kamu Neng...Mira".

Tangis Mira kembali pecah mendengar kata-kata suaminya.  Ternyata suaminya begitu sayang kepadanya. Ia begitu setia. Tak ingin membukakan hatinya untuk wanita lain.

Semakin erat mereka berpelukan, dan heningnya malam menjadi bukti kesetiaan Hermawan kepada Mira.

(Selesai)





Komentar

Postingan populer dari blog ini

6 MINGGU BERSAMA OPREC ODOP

TETAP BERKARYA DI MASA TUA

AMBISI HARTA BERBUAH SURGA