MENEMUKAN KRITERIA ORANG TUA SALEH(2)
2. Orang Tua Yang Ikhlas
MENGURUS dan mendidik anak merupakan salah satu bentuk ibadah. Sedangkan suatu ibadah akan diterima oleh Allah subhanahu wata'ala apabila dilandasi niat semata-mata mengharapkan keridhaan-Nya. Inilah yang dinamakan ikhlas.
Allah subhanahu wata'ala berfirman :
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus". (QS. Al Bayyinah : 5).
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
"Sesungguhnya Allah subhanahu wata'ala tidak akan menerima suatu amal, kecuali yang dikerjakan secara ikhlas dan mengharapkan keridhaan-Nya". (HR. An Nasaiy, Ath Thabrani dari Abu Umamah).
Ar Raghib al Ashfahani mengatakan bahwa hakikat ikhlas itu adalah :
"Berlepas diri dari segala sesuatu selain Allah Ta'ala. (Mu'jam Mufradat al Fazhil Qur'an, hal.118).
Adapun menurut as Syarif 'Ali bin Muhammad al Jarjaniy, salah satu makna ikhlas itu adalah :
"Memurnikan seluruh amal dari segala kekeruhan". (At Ta'rifat, hal.14).
Maksud kekeruhan itu adalah segala sesuatu yang diharapkan selain ridha Allah subhanahu wata'ala sehingga mengotori keikhlasan.
Umpamanya, mendidik anak sampai anak itu mendapatkan takdir keshalehan dari Allah bahkan sukses secara duniawi, agar orang lain menilainya sebagai orang tua yang hebat dan berhasil. "Hebat ya, anaknya shaleh, hebat ya anaknya sukses".
Atau, karena pamrih balas budi dari anak-anak ketika mereka dewasa kelak. Ada harapan kalau mereka sudah besar mau berbuat baik dan mengurus serta melayaninya.
Berbuat baik kepada orang tua itu merupakan kewajiban anak. Orang tua pun wajib mendidik mereka agar menjadi anak-anak yang berbakti kepada orang tua. Karena, berbakti kepada orang tua nerupakan salah satu ciri keshalehan anak.
Akan tetapi, pendidikan yang diberikan kepada mereka hendaknya sebagai bentuk ketaatan kepada Allah subhanahu wata'ala, bukan karena ingin mendapatkan balasan kebaikan dari mereka. Murni hanya untuk menjalankan amanah yang diberikan dan semata-mata demi mencari keridhaan-Nya.
Perlu diingat, tanpa diminta pun, apabila anak sudah shaleh, mereka pasti akan hormat dan berbuat baik kepada orang tua.
Niat lain yang tidak kalah kelirunya adalah, ketika berupaya keras mendidik anak-anak agar sampai pada tingkat keshalehan dengan tujuan supaya nama baik orang tua terjaga. "Ingat, kamu itu anak siapa !" "Ingat, semua orang mengenal bapa/ibu, kamu harus bisa menjaga sikap, jangan membuat malu, kamu harus shaleh !".
Apabila kita mendidik anak dengan harapan-harapan duniawi, maka Allah pun akan memberikannya di dunia. Namun, di akhirat tidak akan mendapatkan apa-apa. Ini sesuai dengan janji Allah subhanahu wata'ala :
"Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu. Dan barangsiapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur". (Qs. Ali Imran : 145).
Ibnu Katsir mengatakan, "Maksudnya adalah barangsiapa amalnya diniatkan untuk dunia, maka sungguh ia memperoleh dari kehidupan dunia itu sesuai dengan apa yang telah Allah tetapkan untuknya, namun di akhirat tidak akan mendapatkan bagian. Barangsiapa dengan amalnya bertujuan mendapatkan kampung akhirat, maka Allah akan memberikan kepadanya dari kehidupan akhirat itu di samping mendapatkan bagian di dunia". (Tafsir al Qur'anul Azhim, 1: 371). Wallahu a'lamu bish shawwab
Komentar
Posting Komentar