DISHARMONI ORANG TUA DAN KENAKALAN REMAJA
KENAKALAN remaja atau juvenil delinquenci merupakan kosa kata yang cukup familiar di telinga kita. Nyaris setiap hari kita disuguhi berita tentang kenakalan remaja, baik yang ditayangkan di televisi ataupun yang terakses melalui media sosial. Mulai dari tawuran antar pelajar, perang antar geng, balapan liar, membuli teman, remaja terlibat narkoba, ataupun mereka yang terjerumus ke dalam pergaulan bebas.
Sebagai contoh, belum lama ini kita dikejutkan oleh kasus remaja yang menjadi pengedar narkoba bahkan menjadi pengendali pengedaran tersebut. Padahal, ia masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Ada lagi remaja yang memukuli temannya hingga meninggal dunia. Ironisnya, mereka berada di lingkungan pendidikan yang cukup religius. Tidak kalah menghebohkan adalah kasus ratusan pelajar di Ponorogo yang hamil di luar nikah, seperti diberitakan Liputan 6.com (18 Januari 2023). Serta sederet kasus-kasus lainnya yang tidak kalah memprihatinkan.
Dr. Abdullah Nashih Ulwan dalam bukunya "Tarbiyyatul Awlad fil Islam" (I:113 versi terjemah) menyebutkan bahwa banyak faktor yang menyebabkan seorang remaja terlibat kenakalan. Salah satunya adalah disharmoni orang tua. Sejatinya keluarga merupakan tempat bagi anak untuk mendapatkan kasih sayang dan kenyamanan . Jika orang tua baik, harmonis, tenang dan damai meski tidak memiliki banyak uang, maka anak-anak akan damai dan tenang. Mereka akan merasa nyaman dan kerasan tinggal di rumah. Komunikasi dengan orang tua pun akan terjalin dengan baik, sehingga secara prilaku mereka lebih mudah diarahkan pada kebaikan.
Berbeda jika orang tua tidak harmonis, setiap hari bertengkar di hadapan anak, apalagi kalau dibumbui kata-kata kasar dan tindak kekerasan, bisa menyebabkan anak-anak berperilaku menyimpang. Pertengkaran orang tua akan mengakibatkan anak-anak tidak betah tinggal di rumah. Mereka akan lari meninggalkan suasana rumah yang kacau untuk mencari teman bergaul yang dapat menghilangkan keresahannya. Jika teman-teman bergaulnya adalah oranh-orang jahat, maka secara perlahan ia akan terseret ke dalam kenakalan, terjerumus ke dalam akhlak dan kebiasaan yang buruk.
Bagaimana agar tidak terjadi disharmoni orang tua sehingga tidak berdampak pada kenakalan anak-anak ? Tampaknya kembali kepada agama menjadi jawaban yang tepat. Sebagai agama yang sempurna, Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia termasuk interaksi antara suami dan isteri dalam kehidupan berumah tangga.
Srmenjak awal melangkah membangun rumah tangga, Islam sudah memberikan tuntunan agar selektif dalam memilih pasangan hidup. Pilihlah pasangan hidup karena agamanya, in syaa Allah kehidupan rumah tangga akan bahagia.
Dalam sebuah hadis dari Abu Hurairah radiyallahu anhu disebutkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda :
"Seorang perempuan itu dinikahi karena empat perkara ; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Pilihlah wanita yang taat beragama, maka engkau akan beruntung". (HR. al Bukhari dan Muslim).
Bukan hanya wanita yang harus taat beragama, namun laki-laki pun demikian. Agama menjadi jaminan keharmonisan dalam rumah tangga, karena orang yang memahami agama akan bisa mengelola konflik dengan baik. Sehingga konflik yang timbul antara suami isteri tidak berkembang menjadi pertengkaran yang hebat apalagi sampai dilakukan di depan anak-anak.
Konflik dalam rumah tangga itu merupakan sesuatu yang niscaya. Tidak ada satu pun rumah tangga yang terbebas dari konflik bahkan dalam kehidupan rumah tangga para sahabat sekalipun.
Bukankah pernah suatu ketika saat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkunjung ke rumah Fatimah, tidak menemukan Ali radiyallahu anhu di dalamnya ? Ternyata tengah terjadi pertengkaran antara Fatimah dengannya. Setelah dicari, Ali ditemukan sedang tidur di masjif hingga sorbannya terjatuh ke tanah. Rasul pun membangunkannya seraya nerkata, "Bangun wahai Aba Turab, nangun wahai Aba Turab!".
Jadi, harmonis itu bukan tanpa konflik. Namun, berhasil mengelola konflik dengan baik. Ketika suami isteri hidup dengan harmonis, diharapkan akan berdampak baik pada perilaku anak-anaknya. Sehingga, kasus-kasus kenakalan remaja pun dapat ditekan seminimal mungkin.
Komentar
Posting Komentar