PEMBUKTIAN KESABARAN

 SABAR itu tidak cukup hanya pengakuan, namun membutuhkan pembuktian. Pembuktian sabar bukan sekedar dengan kata-kata "SAYA SABAR". Akan tetapi pembuktian sabar itu merupakan kerja kolektif antara hati, lisan, dan perbuatan.

Hati yang sabar akan ridha terhadap ketetapan Allah subhanahu wata'ala. Tidak akan merasa dongkol atau marah terhadap ujian yang menimpa.

Lisan akan terjaga dari segala bentuk keluh kesah. Begitupun anggota badan akan menahan diri dari  perbuatan yang menunjukkan ketidakrelaan dan menimbulkan kekacauan.

Pernah melihat seseorang yang ditinggal orang tercinta, berguling-guling sambil menangis meraung-raung ditambah dengan mengumpat ?

Itu merupakan gambaran tidak adanya kesabaran. Menangis saat cobaan datang itu diperbolehkan. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sendiri pernah mencucurkan air mata saat Ibrahim, anaknya tercinta meninggal dunia.

 Merasa sedih ketika ditimpa musibah adalah manusiawi. Namun hendaknya kesedihan itu tidak diekspresikan secara  berlebih-lebihan. 

Justru menjadi bukti sabar yamg baik adalah ketika berusaha menyembunyikan pengaruh dari musibah yang datang. Masih ingat cerita tentang Ummu Sulaim ? Ketika anaknya meninggal dunia ia tetap tampil tegar. Bahkan saat suaminya datang, ia tidak langsung memberitahukan kematiannya. Tetap menyambut dan melayaninya seperti tidak terjadi apa-apa. Baru setelah suami nya selesai istirahat, ia menceritakan kejadian sebenarnya.

Seorang bijak mengatakan, "Diantara simpanan kebaikan adalah menyembunyikan musibah".

Ali bin Abi Thalib radiyallahu anhu berkata, "Diantara wujud pengagungan terhadap Allah dan mengetahui hak-Nya adalah janganlah engkau mengeluhkan sakitmu dan janganlah menyebut-nyebut musibahmu". 

Memang membuktikan kesabaran tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh proses panjang untuk terus belajar. Hadis berikut mudah-mudahan menjadi bekal pembelajaran, untuk bisa membuktikan kesabaran dalam kehidupan.

Abu Hurairah meriwayatkan dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda, "Jika seorang hamba sakit, maka Allah mengutus dua malaikat kepadanya, seraya berfirman: Lihatlah apa yang dikatakannya kepada orang-orang yang menjenguknya ! Jika ia memuji Allah saat mereka menemuinya, maka kedua malaikat itu melaporkannya kepada Allah, dan Dia lebih mengetahui. Lalu Allah berfirman : 'Hamba-Ku mempunyai hak agar Aku memasukannya ke surga jika Aku mematikannya, dan jika Aku menyembuhkannya, maka Aku akan menggantinya dengan daging yang kebih baik dari dsgingnya, dengan darah yang lebih baik dari darahnya, dan Aku menghapus datinya kesalahan-kesalahannya". (HR. Malik).


Wallahu a'lam


Komentar

Postingan populer dari blog ini

BERSABAR TANPA BATAS

AMBISI HARTA BERBUAH SURGA

TETAP BERKARYA DI MASA TUA