HANYA ADA SATU (3)

 "Neng, ayo dimakan dulu buburnya nanti keburu dingin".

"Nanti ah A, ga enak lidahnya terasa pahit, nelennya juga sakit".

"Ayo Neng, sedikit-sedikit aja,  kan mau minum obat biar cepat sembuh".

Sudah seminggu Mira terbaring lemas di atas tempat tidur. Badannya demam, tenggorokan sakit. Hasil diagnosa dokter, ia menderita gejala tipes.

Selama Mira sakit, pagi hingga siang hari ditemani oleh adik perempuan Hermawan yang tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari rumahnya. Siang hari barulah Hermawan yang merawatnya. Ia meminta izin kepada bosnya untuk pulang lebih awal.

"Maaf ya A...Aku udah ngerepotin Aa..."

"Ga papa Neng, ini udah kewajiban Aa. Jangan merasa merepotkan, Aa kan suamimu. Aa menyayangimu Neng...."

Mendengar kata-kata suaminya, membuat Mira semakin menyadari bahwa ternyata kebaikan dan kelebihan yang ada dalam diri suaminya lebih banyak daripada kekurangannya.

Selama ia sakit, suaminya telah merawatnya dengan penuh kasih sayang. Selain itu, ia pun mau menghandle pekerjaan-pekerjaan rumah tangga yang selama ini dikerjakan Mira. Sebelum berangkat kerja, ia sibuk mencuci piring, pakaian, hingga mengepel lantai.

"Ya Allah, maafkan hamba yang tidak mensyukuri karunia-Mu". Diam-diam di balik hatinya yang paling dalam, Mira mengakui kesalahannya.
.......

Sore itu langit begitu cerah,  Mira dan Hermawan duduk di ruang depan, sambil menyaksikan orang-orang dan kendaraan lalu lalang. Rumah mereka memang  tepat berada di depan jalan.

"Gak terasa ya A...pernikahan kita udah berjalan 5 tahun. Rasanya baru kemaren kita menggelar akad pernikahan".

Sambil bersandar ke pundak suaminya, Mira membuka pembicaraan.

"Ya Neng, berarti kita merasakan kebahagiaan dalam rumah tangga kita, sehingga berjalannya waktu begitu tak terasa. Mudah-mudahan Allah senantiasa melimpahkan kebahagiaan itu kepada kita ya Neng..."

"Tapi...Aku ini merasa masih ada yang kurang A...Aku merindukan kehadiran malaikat-malaikat kecil dalam keluarga kita".

"Hmmm", Hermawan menghela nafas.

Sudah berkali-kali Mira membahas masalah itu. Setelah 5 tahun menikah, mereka memang belum dikaruniai keturunan. Seringkali air mata Mira meleleh ketika menyaksikan anak-anak kecil bermain di halaman.

Pernah telat datang bulan, sehingga Mira begitu kegirangan. Ia berharap itu sebagai pertanda kehamilannya. Tapi, dua minggu kemudian menstruasi kembali datang.

Berbagai upaya telah dilakukannya. Setiap yang memberinya saran, dijalankannya. Mulai dari banyak konsumsi sayuran hijau, buah alpukat, buah bit, hingga ikan salmon. Akan tetapi, upaya-upaya itu tampaknya belum membuahkan hasil.

Mira sering merasa tertekan kalau bertemu teman-temannya yang telah menggendong dan menuntun anak. Santi, teman pengajiannya dulu kini sudah memiliki 2 orang anak,  laki-laki dan perempuan.  Padahal usia pernikahannya baru 3 tahun.

Apalagi kalau ada yang menanyakan jumlah anak yang dimilikinya, Mira benar-benar sangat tertekan. Hingga seringkali ia menangis.

Hermawan senantiasa berusaha menghiburnya dan meyakinkan bahwa anak itu merupakan titipan Allah subhanahu wata'ala. Allah lebih Tahu kapan waktu yang baik dan tepat untuk memberinya keturunan.

Kisah isteri Nabi Zakaria selalu diulang-ulangnya agar Mira optimis, tidak ada yang sulit dan mustahil bagi Allah. Dia yang divonis mandul dengan kekuasaan dan kehendak-Nya bisa melahirkan Nabi Yahya.

(Bersambung)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

6 MINGGU BERSAMA OPREC ODOP

TETAP BERKARYA DI MASA TUA

AMBISI HARTA BERBUAH SURGA