Membangun Budaya Rep Pok Dalam Kehidupan Rumah Tangga


Istilah ini saya dapatkan ketika masih duduk di bangku Aliyyah saat belajar ilmu managemen. Pak guru yang mengajarkan ilmu tersebut sering menjadikan realitas kehidupan, salah satunya rumah tangga,  sebagai contoh dalam penerapan teori managemen.

Apa itu rep-pok ? Rep-pok, terdiri dari dua kata, rep dan pok. Keduanya merupakan istilah bahasa Sunda. Rep artinya  diam sedangkan pok artinya berbicara. Bisa dikatakan, rep-pok merupakan salah satu teori managemen rumah tangga. Teori ini sangat penting  diterapkan ketika terjadi perselisihan antar pasangan.

Dalam kehidupan rumah tangga, tidak selamanya pasangan suami isteri hidup rukun dan damai tanpa pernah ada  percekcokan. Tak dapat dipungkiri bahwa drama perbedaan pendapat, perselisihan, merupakan suatu hal yang tidak dapat dielakkan.

Namun, adanya percekcokan dalam rumah tangga tidak selalu menjadi indikasi adanya ketidakharmonisan. Justru itu bisa menjadi salah satu bumbu  yang  dapat meningkatkan keharmonisan.

Dalam kehidupan rumah tangga orang-orang saleh setingkat sahabat pun, percekcokkan tak dapat dihindari. Mungkin  anda pernah  membaca kisah Ali bin Abi Thalib yang tidur di masjid hingga selendangnya jatuh ke tanah ?

Itu terjadi karena adanya perselisihan antara dirinya dengan isteri beliau, yaitu Fatimah az Zahra. Hingga ia memilih pergi dan tidur di masjid. Mengenai kisah lengkapnya bisa kita temukan dalam sebuah hadis yang diterima dari sahabat  Sahl bin Sa'ad.

"Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mendatangi rumah Fatimah, namun beliau tidak mendapati Ali di rumah. Beliau bertanya, 'Di mana anak pamanmu ?' Fatimah menjawab, 'Telah terjadi sesuatu antara diriku dan dia, ia membuatku marah, lalu ia tidak tidur siang di rumahku'. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda kepada seorang laki-laki, 'Lihatlah ke mana dia !' Laki-laki itu datang, lalu berkata, 'Wahai Rasulullah, dia berada di dalam masjid sedang tidur'. Rasulullah shallallahu alIbi wasallam lalu datang kepadanya, ternyata Ali sedang berbaring dan selendangnya terjatuh di sampingnya hingga belepotan tanah. Maka, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengusapinya dan bersabda, 'Bangunlah wahai Aba Turab, bangunlah Aba Turab!'". )HR. Al Bukhari, no. 441).

Menerapkan Budaya Rep Pok


Menyimak potongan kisah rumah tangga puteri Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di atas, bisa dikatakan bahwa  percekcokan antara suami dan isteri merupakan sesuatu yang sifatnya manusiawi. Namun,  apabila tidak dikelola dengan baik, bisa berkembang menjadi pertengkaran yang hebat. Bahkan, tidak menutup kemungkinan berujung pada perceraian.

Salah satu cara mengantisifasi terjadinya pertengkaran yang hebat adalah dengan menerapkan budaya rep pok.  Telah disinggung di atas, bahwa rep artinya adalah diam. Sedangkan pok artinya adalah bicara. Maksud dari ungkapan ini adalah saat muncul perselisihan, ketika suami bicara, isteri sebaiknya diam mendengarkan. Begitu juga sebaliknya. Ketika isteri bicara, suami sebaiknya diam mendengarkan. Setelah pasangannya selesai bicara, barulah ia bicara. Ini dimaksudkan agar tidak terjadi adu mulut yang dapat membuat pertengkaran semakin memanas.

Dengan budaya rep pok, isteri akan mengetahui apa yang diinginkan oleh suaminya, begitupun suami akan mengetahui  unek-unek yang terdapat dalam hati isterinya. Alhasil, inti permasalahan akan mudah ditemukan, dan dapat dengan segera terselesaikan.  Berbeda ketika masing-masing ingin puas bicara tanpa mau mendengarkan, masalah yang sebenarnya sepele, bisa berubah menjadi besar. Akibatnya, pertengkaran akan sulit untuk diredam. Tidak jarang yang kemudian harus diselesaikan di meja pengadilan. Maka, dengan membangun budaya rep pok diharapkan, keharmonisan dapat tercipta, keutuhan rumah tangga dapat tetap terjaga. Wallahu a'lam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

6 MINGGU BERSAMA OPREC ODOP

TETAP BERKARYA DI MASA TUA

AMBISI HARTA BERBUAH SURGA